(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia terpantau dalam bias

menguat sejalan juga dengan pergerakan bursa kawasan yang menguat oleh sempat berkurangnya risiko geopolitik, sehingga secara mingguan bursa ditutup menguat terbatas  ke level 5,872.39. Untuk minggu berikutnya (18-22 September) IHSG nampaknya akan dalam kecenderungan menguat dengan tetap menyesuaikan pada pergerakan bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 5916 dan 5970, sedangkan support di level 5774 dan kemudian 5720.

Mata uang rupiah seminggu lalu mengalami koreksi teknikal setelah sempat menguat di bawah level Rp13,200 sementara mata uang dollar secara global sedang rebound, di mana secara mingguan rupiah terkoreksi tipis ke level 13,238. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,288 dan 13, 345, sementara support di level 13,185 dan 13,118.

Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:

  • Dari kawasan Amerika: berupa rilis data  Building Permits pada Selasa malam; disambung dengan rilis Crude Oil Inventories pada Rabu malam; berikutnya pengumuman Federal Funds Rate pada Kamis dini hari yang diperkirakan masih bertahan di level 1.25%, serta data Unemployment Claims pada Kamis malamnya.
  • Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Retail Sales m/m Inggris pada Rabu sore; selanjutnya rilis German Flash Manufacturing PMI pada Jumat sore.
  • Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis pengumuman BOJ Policy Rate pada Kamis pagi yang diperkirakan bertahan di level -0.10%; serta pengumuman BI 7-Day Repo Rate (RR) pada Jumat siang yang diperkirakan bertahan di level 4.50%.

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar terpantau rebound sedikit setelah amblas ke level terendah 2,5 tahun terhadap euro, tetap tergerus di akhir pekan oleh data penjualan retail AS yang lemah, di mana secara mingguan index dollar AS menguat tipis ke level 91.82. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau melemah ke level 1.1944. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.2070 dan kemudian 1.2570, sementara support pada 1.1822 dan 1. 1661.

Poundsterling minggu lalu terlihat menguat tajam ke level 1.3583 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.4043 dan kemudian 1.5018, sedangkan support pada 1.3150 dan 1.2851. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 110.82. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 112.17 dan 113.12, serta support pada 107.30 serta level 106.73. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menurun ke level 0.8008 Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.8124 dan 0.8163, sementara support level di 0.7870 dan 0.7571.

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum menguat oleh meredanya kekuatiran pasar akan risiko Korea, namun pada akhir pekan agak tergerus lagi setelah Korea Utara meluncurkan kembali test rudalnya di atas Jepang. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau menguat ke level 19835. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 20090 dan 20165, sementara support pada level 18855 dan lalu 18840. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 27807. Minggu ini akan berada antara level resistance di 28127 dan 28524, sementara support di 26863 dan 25200.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau mencatat penguatan mingguan dengan mencetak rekor tertinggi baru yang terdongkrak oleh earnings report yang kuat dari emiten-emiten besar. Dow Jones Industrial secara mingguan menguat ke level rekor 22225.45, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 22273 dan 22320, sementara support di level 21695 dan 21565. Index S&P 500 minggu lalu menguat tipis ke level 2465.89, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2499 dan 2474, sementara support pada level 2429 dan 2396.

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terkoreksi terbatas dengan beralihnya sebagian investor global yang memburu kembali aset berisiko saat tensi geoplotik sempat mereda, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang melemah tipis ke level $1320.80 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1357 dan berikut $1367, serta support pada $1298 dan $1274. Di Indonesia, harga emas terpantau melemah ke level Rp563,331 per gram.

Pasar yang terus bergejolak belakangan ini membuat sejumlah forum diskusi di antara kalangan investor digiatkan. “Pasar mau ke mana?” begitu yang sering jadi topik hangat diskusi, apalagi kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed yang bakal berlanjut. Memang benar hanya si pasar sendiri yang tahu arah pergerakan pasar. Namun demikian, perilaku pasar dapat dipelajari juga, bukan? Bagi mereka yang telah lama berpengalaman merasakan denyut naik turunnya pasar, biasanya akan cukup  bijak untuk melihat pasar dari sudut “bird-eye view”. Vibiznews.com pastinya punya kapabilitas itu sebagai media spesialisasi investasi yang berpengalaman. Mari bersama kami memanfaatkan gerak pasar dan jadilah investor yang ‘profitable’. Tetaplah bersama kami, Anda akan terbantu dalam pengambilan keputusan investasi Anda. Terima kasih pembaca karena telah setia bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews.

Analis: Alfred Pakasi

Editor: J. John